Langit, mengapa kau membisu padaku dengan sejuta bahasa yang tidak dapat kumengerti atau itukah bahasamu?

?

Mengapa terus diam tanpa memberikan jawaban pasti. Tolong berikan aku sedikit petunjuk, dengan pelangimu, gunturmu, petir dan hujanmu. Aku ingin gemuruh, agar kalut aku dalam kebencian. Aku ingin badai dan topan agar terseret aku dalam keheningan. Aku ingin sejuta muson yang berlalu tanpa iklim dan musim. Aku ingin pelangi agar hanyut aku dalam khayalan. Aku menginginkan itu.

?

Dan tidaklah bintang-bintang penghiasmu di malam itu mampu menundukkan kejenuhanku. Tiada itu berarti bagiku, amat sangat tidak dia berarti. Dan saat purnama menghias cakrawala malam dengan terangnya yang mampu menyinari awan-awan malam juga tak membuatku menjadi lebih tenang, atau saat sabit di penghujung bulan.

?

Haruskah engkau tetap diam wahai langit? Haruskah!

Ada berjuta keheningan di langit puncak sana, saat bintang beredar pada lintasannya, saat satelit dan planet mengelilingi bintang, saat mereka menjadi sistem dan pada yang besar beredar ke yang lebih besar.

Apakah engkau pernah melihat mawar di langit sana? Mawar yang amat merah, mawar yang amat cerah. Saat ledakan bintang terjadi.

Pada awal mula hitam di langit
Saat bintang menjadi iblis
Pada awal mula hitam di langit
Saat ledak bintang terjadi
Saat mawar menghias langit
Cerah merah membayangi langit
Saat cerah habis terjadi, saat itu bintang pun mati
Pada itu hitamlah langit
Ketika massa menjadi iblis